Capasity Building: Membangun Program Konservasi Pohon Langka Berkelanjutan di batas Propinsi Jawa Tengah-Jawa Barat
FPLI memulai kegiatan di tahun 2024 dengan mengembangkan program konservasi ekosistem pohon langka berbasis masyarakat dan stakeholder, yang bertujuan membuka jalan gotong royong dari seluruh komponen pemangku kepentingan yang disekitarnya menjadi habitat pohon langka. Pada tahun 2021 FPLI sudah mengawali dengan menyelenggarakan FGD pohon langka di Brebes Jawa Tengah, dimana salah satu topik yang disepakati adalah menjaga keutuhan habitat pohon langka melalui konservasi berbasis masyarakat dan stakeholder.
Mitra FPLI adalah Mahasiswa Fakultas kehutanan Universitas Kuningan (UNIKU), kelompok Tani Hutan Capar, serta Kelompok Tani dan Konservasi Tilu Daun, dimana ketiganya adalah penggerak konservasi yang memiliki visi besar mempertahankan kelestarian ekosistem bukit pambarisan. Ekosistem bukit pambarisan merupakan bentang alam perbukitan yang tersambung dari Kabupaten Brebes, Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) Kabupaten Kuningan, sampai Kabupaten Ciamis (Jawa Barat). Lokasinya terletak di perbatasan propinsi jawa Barat dan Propinsi Jawa Tengah, sehingga menjadi Kawasan sangat penting sebagai habitat fauna dan flora. Catatan dari Mahasiswa kehutanan UNIKU dan kelompok tani konservasi Tilu Daun mengungkap bukit pambarisan di gunung Tilu sebagai habitat alami pohon langka terancam kepunahan seperti Vatica javanica subs. javanica, Castanopsis argentea, dan Dipterocarpus retusus dan merupakan rumah bagi fauna seperti Macan Tutul Jawa, Elang Jawa, Julang Emas, Rangkong Badak, Lutung Jawa, surili, Kera Ekor Panjang, Trenggiling, dan Landak Jawa.
Salah satu program yang digagas oleh Forum pohon Langka Indonesia adalah melindungi habitat pohon langka melalui perlindungan ekosistem dan membangkitkan nilai kawasan sebagai ekowisata berbasis masyarakat, dengan menyuguhkan landscape keindahan alam dan kenakaragaman hayati sebagai objek utamanya. Proses menuju cita-cita besar itu, perlu dilengkapi dengan peningkatan kapasitas masyarakat dan pemangku kepentingan baik dari aspek pemahaman pohon langka dilengkapi dengan pemahaman fauna, aspek pengelolaan, hingga aspek sumberdaya manusia, sehingga program besar yang digagas dapat ditempuh satu per satu.
Dilaksanakan pada Rabu, 17 Januari 2024 bertempat di Universitas Kuningan, Jawa Barat.
Materi I: Profil Kawasan Gunung Tilu: Kelompok Tani Hutan Tilu Daun
Materi II: Kondisi terkini konservasi Pohon Langka Indonesia di Indonesia serta asesmen status Konservasinya disampaikan oleh Dr. Iyan Robiansyah
Materi III: Konservasi Fauna Karnivor Jawa disampaikan oleh Didik Raharjono
Materi IV: Wildlife Photography disampaikan oleh Ignatius Dwi Wardhana
Materi V: Membangun Ecoturism, memanfaatkan nilai keanekaragaman hayati disuatu Kawasan disampaikan oleh Nurdin Razak
Pelatihan "How To be a Botanist"
Pontianak – Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan flora yang sangat tinggi, mencapai kisaran 31.000 spesies. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah botanis, sebutan orang yang berkecimpung di bidang pendataan hingga kajian-kajian ekologi serta pemanfaatan tumbuhan di Indonesia. Hingga saat ini, peranan botanis masih didominasi oleh kalangan peneliti dari institusi resmi negara dan juga oleh pada akademisi di wilayah kampus.
Berkaca pada perkembangan botani di Indonesia, banyak pionir dalam ilmu botani Indonesia sebenarnya muncul dari kalangan non-botanis. Buku Herbarium Amboinense yang merupakan karya monumental keragaman tumbuhan Indonesia ditulis oleh seorang mantan tentara bernama George E. Rumphius. Buku tentang flora Java, waktu itu merujuk pada wilayah mayoritas Hindia Belanda, dikerjakan oleh seorang dokter. Begitu juga dengan Flora of Java, penulis utamanya adalah seorang guru sekolah dasar di Batavia kala itu. Ini menunjukkan bahwa potensi pengungkapan keragaman tumbuhan di Indonesia dapat dilakukan oleh siapa saja dengan latar belakang yang beragam.
Menjawab kebutuhan tersebut, Forum Pohon Langka Indonesia (FPLI) berkolaborasi dengan Yayasan Tumbuhan Asli Indonesia (YTAN) memfasilitasi generasi muda dari berbagai kalangan yang memiliki keinginan kuat mengasah keilmuan di bidang botani untuk mengikuti kegiatan “How to be a Botanist 2024” selama 1 minggu di Pontianak, Kalimantan Barat. Melalui kegiatan ini, para peserta akan diberikan materi bagaimana menjadi seorang Botanis yang benar dan bermanfaat di masa mendatang.
Pelatihan ini menjadi sangat special, karena dapat menghadirkan secara langsung narasumber yang sudah melalang buana di bidang Botani. Berikut adalah nama-nama narasumber di pelatihan ‘How to be a Botanist 2024”
- Prof. Dr. Tukirin Partomihardjo (Ketua FPLI)
- Dr. Cam Webb
- Agusti Randi (Yayasan Tumbuhan Asli Nusantara & FPLI)
- Prima Hutabarat (BRIN)
- Mokhamad Nur Zaman (FPLI)
- Iyan Robiansyah (BRIN & FPLI)
- Wisnu Ardi (BRIN)
- Arief Hamidi (FPLI)
- Ir. Togar Fernando Manurung, MP (Kehutanan UNTAN)